teori psikodinamika Freud
Teori Psikodinamika
Sigmund Freud
Perhatian khusus
Freud terhadap neurology mendorongnya mengadakan spesialisasi dalam perawatan
orang-orang yang menderita gangguan syaraf. Untuk mempertinggi kecakapannya
Freud belajar selama satu tahun kepada seorang ahli penyakit jiwa Perancis yang
terkenal yaitu Jean Charcot.
· Struktur Kepribadian
Menurut Freud kepribadian terdiri
atas tiga system atau aspek, yaitu:
1.
Das Es (the Id), yaitu
aspek biologis
Aspek ini adalah
aspek biologis dan merupakan system yang original di dalam kepribadian, dari
aspek inilah aspek yang lain tumbuh. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak
lahir, termasuk instink-instink. Id berada dan beroperasi dalam daerah
unconscious, mewakili subjektivitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia.
Energi psikis di dalam Id itu dapat meningkat oleh perangsang, baik dari luar
maupun dari dalam. Apabila energi itu meningkat, maka lalu menimbulkan
tegangan, dan ini menimbulkan pengalaman tidak menyenangkan yang oleh Id tidak
dapat dibiarkan, karena itu apabila energi meningkat, yang berarti ada
tegangan, segeralah Id mereduksikan energi itu untuk menghilangkan rasa tidak
enak itu. Jadi yang menjadi pedoman dalam berfungsinya Id adalah menghindarkan
diri dari ketidakenakan dan mengejar keenakan, inilah yang Freud namakan
“prinsip kenikmatan” (pleasure principle). Untuk menghilangkan ketidakenakan
dan mencapai kenikmatan itu Id mempunyai dua cara, yaitu:
a. refleks dan reaksi-reaksi
otomatis: bersin, berkedip, dan sebagainya
b. proses primer: orang lapar
membayangkan makanan.
Akan tetapi jelas
bahwa cara yang demikian itu tidak memenuhi kebutuhan, orang yang lapar tidak
akan menjadi kenyang dengan hanya membayangkan makanan. Karena itu perlulah
adanya system lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia obyektif, yaitu
melalui Das Ich atau Ego.
2. Das Ich (the Ego), yaitu
aspek psikologis
Aspek ini adalah
aspek psikologis daripada kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme
untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata.
Dalam fungsinya,
Ego berpegang pada “Prinsip kenyataan” (reality principle) dan bereaksi dengan
proses sekunder. Tujuannya adalah mencari objek yang tepat untuk mereduksikan
tegangan yang timbul dalam organisme. Proses sekunder itu adalah proses
berpikir realistis, dengan mempergunakan proses sekunder Ego merumuskan suatu
rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya untuk mengethaui apakah rencana
itu berhasil atau tidak. Secara teknis hal inilah yang disebut reality testing.
Ego merupakan
perantara antara kebuthan-kebutuhan instink dengan keadaan lingkungan namun
dalam menjalankan fungsinya itu seringkali Ego harus mempersatukan
pertentangan-pertentangan antar Ego dan Super ego.
3. Das Ueber Ich (the Super
Ego), yaitu aspek sosiologis
Merupakan aspek
sosiologi kepribadian disebut pula sebagai aspek moral kepribadian. Fungsinya
adalah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila
atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral
masyarakat.
Super ego
diinternalisasikan dalam perkembangan anak sebagai respons terhadap hadiah dan
hukuman yang diberikan oleh orang tua dan pendidik yang lain. Dengan maksud
untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman anak mengatur tingkah lakunya
sesuai dengan garis-garis yang dikehendaki oleh orang tuanya. Mekanisme yang menyatukan
system tersebut kepada pribadi disebut introyeksi. Jadi Super ego itu berisikan
dua hal, yaitu “conscientia” yang menghukum orang dengan memberikan rasa dosa
dan “Ich ideal” yang menghadiahi orang dengan rasa bangga akan dirinya.
Adapun fungsi pokok
Super ego antara lain:
- Merintangi impuls-impuls
Id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat
ditentang oleh masyarakat.
- Mendorong Ego untuk lebih
mengejar hal-hal yang moralistis daripada yang realistis
- Mengejar kesempurnaan
· Dinamika Kepribadian
Freud berpendapat
manusia sebagai system yang kompleks memakai enerji untuk berbagai tujuan
seperti bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat.
a. Insting
Isting adalah sumber perangsang
somatis dalam yang dibawa sejak lahir. Suatu insting adalah sejumlah energi
psikis, mempunyai empat macam sifat, yaitu:
· Sumber
Yang menjadi sumber insting yaitu
kondisi jasmaniah, jadi kebutuhan
· Tujuan
Tujuannya dalah menghilangkan
rangsangan kejasmanian, sehingga ketidakenakan yang timbul karena adanya
tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya energi dapat ditiadakan.
· Objek
Objek insting adalah segala
aktivitas yang mengantarai keinginan dan terpenuhinya keinginan itu.
· Pendorong atau penggerak
insting
Pendorong insting adalah kekuatan
insting itu, yang tergantung kepada intensitas kebutuhan.
Jenis-jenis
insting:
· Insting hidup
Fungsi insting hidup adalah melayani
maksud individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras. Bentuknya antara lain
yaitu insting makan, minum, dan seksual. Bentuk energi yang dipakai oleh
insting hidup itu disebut “libido”.
· Insting mati
Insting mati disebut juga insting
merusak yang berfungsi kurang jelas jika dibandingkan dengan insting hidup,
karenanya tidak begitu dikenal. Akan tetapi adalah suatu kenyataan yang tak
dapat dipungkiri, bahwa tiap orang itu pada akhirnya akan mati juga. Inilah
yang menyebabkan Freud merumuskan bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”.
b. Distribusi dan Penggunaan
Energi Psikis
Pada mulanya Id
yang memiliki semua energi dan mempergunakannya untuk gerakan-gerakan refleks
dan pemenuhan keinginan. Energi dalam Id itu sangat mudah bergerak dan
berpindah.
Ego tidak
mempunyai energi sendiri, sehingga harus menarik energi dari Id. Perpindahan
energi ini disebut identifikasi.
Seperti ego, super
ego juga mendapat energi dari id melalui identifikasi. Penyerahan energi ke ego
dan super ego mengawali hubungan yang rumit antara kekuatan pendorong dengan
kekuatan penahan yang menentukan dinamika kepribadian seseorang.
c. Kecemasan
Biasanya reaksi
individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum
dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut. Kalau ego mengontrol soal ini, maka
orang menjadi dikejar oleh kecemasan atau ketakutan.
Freud mengemukakan
adanya tiga macam kecemasan, yaitu:
·
kecemasan realistis
· kecemasan neurotis
· kecemasan moral atau
perasaan berdosa
d. Adapun fungsi kecemasan itu
ialah untuk memperingatkan orang akan datangnya bahaya. Kecemasan adalah juga
pendorong seperti halnya lapar dan seks.
· Aplikasi dan teknik
konseling
Psikopatologi
Berikut dinamika jiwa menurut
psikodinamika pada beberapa jenis psikopatologi:
- Histeria, disebut juga
conversion disorder: kelumpuhan tanpa sebab-sebab fisik, menurut pasikodinamika
ini akibat adanya transformasi dari konflik-konflik psikis menjadi malfungsi
fisik.
- Fobia: ketakutan yang
sangat dan tidak pada tempatnya, oleh Freud dianalisis sebagai dampak dari
kecemasan yang dialihkan, bisa kecemasan yang berkaitan dengan impuls seksual
atau kecemasan akibat peristiwa traumatic.
- Obsesi-kompulsif, mempunyai
tema yang sangat bervariasi. Tema kebersihan, penyakit, kekejaman, dilator
belakangi oleh konflik seksual pada fase anal.
- Depresi: perasaan tidak
ammpu, tidak kompeten, kehilangan harga diri, dan merasa bertanggung jawab
terhadap semua kejadian buruk. Menurut Freud, akar masalahnya adalah kehilangan
cinta pada Oedipus complex, yang membuat orang marah kepada diri sendiri,
karena dia kehilangan cinta dari orang tua, teman, bahkan dari negaranya.
- Ketagihan obat/alcohol:
Freud menganggap adiksi dilatarbelakangi oleh insting mati. Pakar psikodinamika
lain mengatakan adiksi menjadi salah satu cara mengalahkan control super ego.
Teknik konseling
Aplikasi psikodinamika yang
terpenting adalah psikoterapi. Bukan semata-mata menghilangkan sindrom yang
tidak diinginkan, tetapi terutama bertujuan memperkuat ego sehingga mampu
mengontrol impuls insting, dan memperbesar kapasitas individu untuk mencintai
dan berkarya. Teknik yang dipakai antara lain:
- Asosiasi bebas: Klien
selama sesi terapi mengatakan apa saja yang terlintas dipikirannya, disini
terapis mencoba memahami masalah kliennya. Menurut Freud, walaupun klien
menghalangi topic tertentu dan berusaha menyembunyikannya, suatu ketika
terbentuk rantai asosiasi yang membuat terapis dapat memahami konflik mental
dan emosional klien itu.
- Analisis mimpi: Klien
melaporkan apa yang dimimpikannya dalam asosiasi bebas, menjadi bahan yang kaya
untuk dianalisis terapis.
- Freudian slip: meliputi
salah ucap, salah membaca, salah dengar, salah meletakkan objek, dan tiba-tiba
lupa. Semuanya itu menurut Freud bukan suatu kebetulan, tetapi kejadian yang
dipengaruhi oleh insting ketidaksadaran.
- Interpretasi: Mengenalkan
kepada klien makna yang tidak disadarinya dari pikiran, perasaan dan
keinginannya.
-
Analisis resistensi:
Resistensi adalah mekanisme pertahanan klien, dan analisis akan mengungkap
unsure yang penting dari masalah yang ingin disembunyikan klien.
- Transference: Pengungkapan
isi-isi ketidaksadaran yang tersimpan sejak anak-anak, dengan memakai terapis
sebagai medianya.
- Working through: terus
menerus menginterpretasi dan mengidentifikasi masalah klien, mengulang
resistensi dan transferensi, pada seluruh aspek pengalaman kejiwaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar