Jumat, 05 Oktober 2012

teori psikodinamika Freud


Teori Psikodinamika

Sigmund Freud

Perhatian khusus Freud terhadap neurology mendorongnya mengadakan spesialisasi dalam perawatan orang-orang yang menderita gangguan syaraf. Untuk mempertinggi kecakapannya Freud belajar selama satu tahun kepada seorang ahli penyakit jiwa Perancis yang terkenal yaitu Jean Charcot.

· Struktur Kepribadian

Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga system atau aspek, yaitu:

1. Das Es (the Id), yaitu aspek biologis

Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan system yang original di dalam kepribadian, dari aspek inilah aspek yang lain tumbuh. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir, termasuk instink-instink. Id berada dan beroperasi dalam daerah unconscious, mewakili subjektivitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Energi psikis di dalam Id itu dapat meningkat oleh perangsang, baik dari luar maupun dari dalam. Apabila energi itu meningkat, maka lalu menimbulkan tegangan, dan ini menimbulkan pengalaman tidak menyenangkan yang oleh Id tidak dapat dibiarkan, karena itu apabila energi meningkat, yang berarti ada tegangan, segeralah Id mereduksikan energi itu untuk menghilangkan rasa tidak enak itu. Jadi yang menjadi pedoman dalam berfungsinya Id adalah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar keenakan, inilah yang Freud namakan “prinsip kenikmatan” (pleasure principle). Untuk menghilangkan ketidakenakan dan mencapai kenikmatan itu Id mempunyai dua cara, yaitu:

a. refleks dan reaksi-reaksi otomatis: bersin, berkedip, dan sebagainya

b.   proses primer: orang lapar membayangkan makanan.

Akan tetapi jelas bahwa cara yang demikian itu tidak memenuhi kebutuhan, orang yang lapar tidak akan menjadi kenyang dengan hanya membayangkan makanan. Karena itu perlulah adanya system lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia obyektif, yaitu melalui Das Ich atau Ego.

2.   Das Ich (the Ego), yaitu aspek psikologis

Aspek ini adalah aspek psikologis daripada kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata.

Dalam fungsinya, Ego berpegang pada “Prinsip kenyataan” (reality principle) dan bereaksi dengan proses sekunder. Tujuannya adalah mencari objek yang tepat untuk mereduksikan tegangan yang timbul dalam organisme. Proses sekunder itu adalah proses berpikir realistis, dengan mempergunakan proses sekunder Ego merumuskan suatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya untuk mengethaui apakah rencana itu berhasil atau tidak. Secara teknis hal inilah yang disebut reality testing.

Ego merupakan perantara antara kebuthan-kebutuhan instink dengan keadaan lingkungan namun dalam menjalankan fungsinya itu seringkali Ego harus mempersatukan pertentangan-pertentangan antar Ego dan Super ego.

3.   Das Ueber Ich (the Super Ego), yaitu aspek sosiologis

Merupakan aspek sosiologi kepribadian disebut pula sebagai aspek moral kepribadian. Fungsinya adalah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.

Super ego diinternalisasikan dalam perkembangan anak sebagai respons terhadap hadiah dan hukuman yang diberikan oleh orang tua dan pendidik yang lain. Dengan maksud untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman anak mengatur tingkah lakunya sesuai dengan garis-garis yang dikehendaki oleh orang tuanya. Mekanisme yang menyatukan system tersebut kepada pribadi disebut introyeksi. Jadi Super ego itu berisikan dua hal, yaitu “conscientia” yang menghukum orang dengan memberikan rasa dosa dan “Ich ideal” yang menghadiahi orang dengan rasa bangga akan dirinya.

 

Adapun fungsi pokok Super ego antara lain:

-  Merintangi impuls-impuls Id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat.

- Mendorong Ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada yang realistis

-  Mengejar kesempurnaan

·  Dinamika Kepribadian

Freud berpendapat manusia sebagai system yang kompleks memakai enerji untuk berbagai tujuan seperti bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat.

a. Insting

Isting adalah sumber perangsang somatis dalam yang dibawa sejak lahir. Suatu insting adalah sejumlah energi psikis, mempunyai empat macam sifat, yaitu:

·   Sumber

Yang menjadi sumber insting yaitu kondisi jasmaniah, jadi kebutuhan

·   Tujuan

Tujuannya dalah menghilangkan rangsangan kejasmanian, sehingga ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya energi dapat ditiadakan.

·   Objek

Objek insting adalah segala aktivitas yang mengantarai keinginan dan terpenuhinya keinginan itu.

·   Pendorong atau penggerak insting

Pendorong insting adalah kekuatan insting itu, yang tergantung kepada intensitas kebutuhan.

      Jenis-jenis insting:

·   Insting hidup

Fungsi insting hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras. Bentuknya antara lain yaitu insting makan, minum, dan seksual. Bentuk energi yang dipakai oleh insting hidup itu disebut “libido”.

·   Insting mati

Insting mati disebut juga insting merusak yang berfungsi kurang jelas jika dibandingkan dengan insting hidup, karenanya tidak begitu dikenal. Akan tetapi adalah suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri, bahwa tiap orang itu pada akhirnya akan mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”.

b. Distribusi dan Penggunaan Energi Psikis

Pada mulanya Id yang memiliki semua energi dan mempergunakannya untuk gerakan-gerakan refleks dan pemenuhan keinginan. Energi dalam Id itu sangat mudah bergerak dan berpindah.

Ego tidak mempunyai energi sendiri, sehingga harus menarik energi dari Id. Perpindahan energi ini disebut identifikasi.

Seperti ego, super ego juga mendapat energi dari id melalui identifikasi. Penyerahan energi ke ego dan super ego mengawali hubungan yang rumit antara kekuatan pendorong dengan kekuatan penahan yang menentukan dinamika kepribadian seseorang.

c. Kecemasan

Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut. Kalau ego mengontrol soal ini, maka orang menjadi dikejar oleh kecemasan atau ketakutan.

Freud mengemukakan adanya tiga macam kecemasan, yaitu:

·  kecemasan realistis

·  kecemasan neurotis

·  kecemasan moral atau perasaan berdosa

d. Adapun fungsi kecemasan itu ialah untuk memperingatkan orang akan datangnya bahaya. Kecemasan adalah juga pendorong seperti halnya lapar dan seks.

·   Aplikasi dan teknik konseling

Psikopatologi

Berikut dinamika jiwa menurut psikodinamika pada beberapa jenis psikopatologi:

-  Histeria, disebut juga conversion disorder: kelumpuhan tanpa sebab-sebab fisik, menurut pasikodinamika ini akibat adanya transformasi dari konflik-konflik psikis menjadi malfungsi fisik.

-  Fobia: ketakutan yang sangat dan tidak pada tempatnya, oleh Freud dianalisis sebagai dampak dari kecemasan yang dialihkan, bisa kecemasan yang berkaitan dengan impuls seksual atau kecemasan akibat peristiwa traumatic.

- Obsesi-kompulsif, mempunyai tema yang sangat bervariasi. Tema kebersihan, penyakit, kekejaman, dilator belakangi oleh konflik seksual pada fase anal.

Depresi: perasaan tidak ammpu, tidak kompeten, kehilangan harga diri, dan merasa bertanggung jawab terhadap semua kejadian buruk. Menurut Freud, akar masalahnya adalah kehilangan cinta pada Oedipus complex, yang membuat orang marah kepada diri sendiri, karena dia kehilangan cinta dari orang tua, teman, bahkan dari negaranya.

- Ketagihan obat/alcohol: Freud menganggap adiksi dilatarbelakangi oleh insting mati. Pakar psikodinamika lain mengatakan adiksi menjadi salah satu cara mengalahkan control super ego.

Teknik konseling

Aplikasi psikodinamika yang terpenting adalah psikoterapi. Bukan semata-mata menghilangkan sindrom yang tidak diinginkan, tetapi terutama bertujuan memperkuat ego sehingga mampu mengontrol impuls insting, dan memperbesar kapasitas individu untuk mencintai dan berkarya. Teknik yang dipakai antara lain:

-  Asosiasi bebas: Klien selama sesi terapi mengatakan apa saja yang terlintas dipikirannya, disini terapis mencoba memahami masalah kliennya. Menurut Freud, walaupun klien menghalangi topic tertentu dan berusaha menyembunyikannya, suatu ketika terbentuk rantai asosiasi yang membuat terapis dapat memahami konflik mental dan emosional klien itu.

-  Analisis mimpi: Klien melaporkan apa yang dimimpikannya dalam asosiasi bebas, menjadi bahan yang kaya untuk dianalisis terapis.

-  Freudian slip: meliputi salah ucap, salah membaca, salah dengar, salah meletakkan objek, dan tiba-tiba lupa. Semuanya itu menurut Freud bukan suatu kebetulan, tetapi kejadian yang dipengaruhi oleh insting ketidaksadaran.

- Interpretasi: Mengenalkan kepada klien makna yang tidak disadarinya dari pikiran, perasaan dan keinginannya.

- Analisis resistensi: Resistensi adalah mekanisme pertahanan klien, dan analisis akan mengungkap unsure yang penting dari masalah yang ingin disembunyikan klien.

- Transference: Pengungkapan isi-isi ketidaksadaran yang tersimpan sejak anak-anak, dengan memakai terapis sebagai medianya.

- Working through: terus menerus menginterpretasi dan mengidentifikasi masalah klien, mengulang resistensi dan transferensi, pada seluruh aspek pengalaman kejiwaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar