PENDEKATAN
BEHAVIORISTIK
Latar belakang teorinya adalah teori
belajar (theory of learning), yang intinya adalah learning proces dan
dan conditioning response. Kalau dalam pendekatan psikoanalisa, orang
dikatakan sakit (abnormal) itu adalah ketika depense nya bocor yang menyebabkan
kecemasan. Sedangkan menurut pendekatan behavioristik orang sakit itu, adalah perilaku
yang salah akibat proses belajar yang salah, penyelesaiannya mengacu epada
proses learning itu sendiri. Contohnya, anak yang melihat
ibunya marah ketika tukang Koran dating terlambat mengantarkan koran, maka anak tersebut bisa saja meniru dan melakukan hal yang sama kepada orang lain.
ibunya marah ketika tukang Koran dating terlambat mengantarkan koran, maka anak tersebut bisa saja meniru dan melakukan hal yang sama kepada orang lain.
Terapi
behavoiristik tidak mengubah pola dasar kepribadian, tetapi hanya menghilangkan
symptom dan merubah pola tingkah laku yang tidak tepat. Contohnya, ketika anak
melakukan adegan-adegan film kekerasan seperti pembunuhan, perkelahian dan
lain-lain, maka anak akan mudah untuk menirunya. Terapi behavioristik sering
kali tidak ada usaha untuk mengeksplorerasi dan menelaah ketidaksadaran,
membangkitkan insight, ataupun menimbulkan perubahan-perubahan dasar pada
pasien. Dengan terapi ini akan merubah kognisi emosi, atau pola fikirnya.
Contohnya, ketika orang takut darah dan persepsi terhadap darah itu menakutkan,
maka setelah dibuktikan bahwa darah itu tidaklah menkutkan, dia akan merubah
pola fikirnya dan persepsi terhadap darah itu akan berubah.
Behavioristik
berhubungan dengan kognitif, karena sangat berperan penting dalam mengubah pola
fakir terhadap sesuatu. Misalnya, ketika di suatu mall yang menawarkan
diskon-diskon agar konsumen mau masuk dan tertarik untuk berbelanja, dan
selanjutnya konsumen ini akan dating lagi ke mall tersebut karena sebelumnya
ada diskon, meskipun nanti diskonnya sudah tidak ada, konsumen akan tertarik
untuk dating kembali ke mall tersebut.
Teori-teorinya
adalah:
·
Simple Classical
Conditioning (Puvlov)
Teorinya S-R, lebih banyak digunakan untuk menghilangkan
habit atau kebiasaan.
·
Operant Conditioning
Pada teknik ini digunakan reinforcement untuk memperkuat
tingkah laku yang diinginkan. Teknik ini berkembang dari S-O-R sampai menjadi
S-O-R-C. Konsekuensi di dapat dari lingkungan, sehingga sebenarnya reward di
dapatkan dari lingkungan.
Misalnya, merubah tingkah laku seorang pecandu rokok, ketika orang
tersebut mulai menginginkan rokoknya, maka langsung berikan sebungkus rokok
yang harus dia isap pada waktu itu juga. Meskipun akan ada dua kemungkinan,
orang tersebut kapok dan tidak mengulanginya atau malah senang karena diberi
sebungkus rokok.
Operan conditioning ini menggunakan reinforcement, misalnya ketika
seorang siswa yang biasanya nakal, ketika siswa tersebut tidak nakal lagi, maka
diberikan reward denganmemberinya bintang.
·
Overtion Conditioning
Yaitu suatu cara untuk mengubah pola perilaku yang
dicapai berdasarkan Assosiasi terhadap hukuman atau punishment terhadap
pola perilaku yang tidak dikehendaki. Misalnya, orang yang suka mabuk-mabukan,
di botolnya diberi sesuatu yang dapat membuat orang tersebut jijik sampai
muntah, dengan begitu orang itu ketika melihat botol minumannya akan merasa
jijik dan meninggalkan minuman tersebut.
·
Reciprocal Inhibition
Merupakan teknik reconditioning yang lebih
kompleks dari cara-cara sebelumnya. Dasar pemikiran (Wolpe) perilaku neurotic
itu merupakan suatu perilaku yang terus menerus dilakukan sehingga menjadi
habis atau kebiasaan. Contohnya, ketika orang takut ular, awalnya diberikan
gambar ular, kemudian ular bohongan baru selanjutnya diberikan ular yang asli
nya.
Proses
treatmentnya, sebagai berikut:
Ø
Terapis membuat daftar
kecemasan yang ada pada pasien melalui wawancara atau tes
Ø
Terapis mengurutkn daftar
tadi secara hierarkis
Ø
Diadakan suatu sesi
training relaxsasi otot secara sistematik.
Ada
cara-cara bagaimana menembus inhibisi,diantaranya sebagai berikut:
-
Felling Talk, yaitu
menyatakan perasaan apa saja, kapan saja dan dimana saja
-
Facial Talk, yaitu
membiasakan untuk menekspresikan perasaannya
-
Melatih berbicara dan
mengatakan hal-hal yng tidak disetujui dengan terbuka
-
Biasakan menerima
penghargaan
-
Melaksanakan
Pandangan
Behavioristik terhadap sifat manusia
-
Deterministik, yaitu tingkah laku
manusia merupakan hasil proses belajar dan pengkondisian lingkungan sosial
budaya
-
Psikopatologi, yang di tentukan
oleh kerusakan atau gangguan irganik (Mental Retardation) dan diperoleh dari
hasil belajar yang tidak sesuai (no adaptiv)
-
Neurosis, kebiasaan yang tidak
sesuai yang menetap yang diperoleh dari hasil belajar didalam menghadapi
anxiety, misalnya phobia
-
Anxiety, respon anatomik pada
karakteristik individu dalam menghadapi stimulus yang membahayakan
Ciri
khas dari terapi Behavioristik adalah:
·
Memusatkan perhatian pada
tingkah laku yang tampak dan spesifik, misalnya orang yang mengatakan selalu
cemas ketika berada di dalam kelas, maka yang harus ditanyakan pada saat kapan
cemas itu ada? Setiap saat? Atau ketika ada siapa cemas itu ada? Dan sebagainya
·
Cermat dan adanya
penguraian tujuan-tujuan treatment secara jelas
·
Perumusan prosedur
treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah
·
Penaksiran yang objektif
atas hasil-hasil terapi
Tujuan
terapi:
-
Memperoleh tingkah laku baru
-
Menghapus tingkah laku yang
maladaptive
-
Memperkuat dan mempertahankan
tingkah laku yang diinginkan
Menurut
Krumblotz dab Thorensen ada tiga kriteria dalam merumuskan tujuan konseling
atau psikoterapi, yaitu:
-
Tujuan yang dirumuskan haruslah
tujuan yang diinginkan oleh klien, ada kesepakatan antara klien dan konselor
-
Konselor harus bersedia membantu
klien dalam mencapai tujuan
-
Harus terdapat kemungkinan untuk
menaksir sejauh mana klien bisa mencapai tujuannya.
Kalau klien tidak bisa mendefinisikan masalahnya dengan
jelas, maka tugas konselor adalah mendengarkan kesulitan secara aktif dan
empatik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar