Carl Rogers
Pendekatan
dari Rogers menekankan pandangan bahwa tingkah laku manusia hanya dapat difahami
dari bagaimana dia memandang realita secara subjektif. Pendekatan ini juga
berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan nasibnya
sendiri, bahwa hakekat yang terdalam dari manusia adalah sifatnya yang
bertujuan, dapat dipercaya, dan mengejar kesempurnaan diri. Rogers sangat kuat
memegangi asumsinya, bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah,
subyektif, proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami.
· Struktur Kepribadian
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori
Rogers adalah:
-
Medan phenomenal, yaitu
keseluruhan pengalaman
-
Self, yaitu bagian medan
phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan
penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
· Dinamika Kepribadian
Penerimaan Positif
Kesadaran memiliki konsep diri,
kemudian mengembangkan penerimaan positif (kebutuhan diri agar diterima baik,
dicintai dan diakui lingkungan. Perkembangan pengalaman menempatkan regarg
positif timbale balik. Orang merasa puas menerima regard positif, kemudian juga
merasa puas dapat memberi regard positif kepada orang lain.
Konsep penerimaan positif tanpa
syarat dari Rogers ini pada hakekatnya bertentangan dengan konsep super ego
dari Freud. Mendidik anak dengan penerimaan positif bersyarat adalah
mengembangkan super ego, yang berarti memaksa anak menginternalisasi norma
orang tuanya, di mana hanya kalau anak dapat menyesuaikan diri dengan norma itu
dia akan merasa berharga, sehngga menjadikan anak tidak bebas dan terhambat
dalam mengembangkan aktualisasi dirinya.
Konsistensi dan
Salingsuai Self
Menurut Rogers,organisme berfungsi
untuk memelihara konsistensi dari persepsi diri, dan kongruen antara persepsi
self dengan pengalaman. Individu hanya benar menurut dirinya sendiri,
bertingkah laku konsisten dengan konsep selfnya, bahkan kalau tingkah laku itu
tidak memberinya ganjaran. Apabila ada diskrepansi antara struktur self dengan
pengalaman actual, orang akan merasa inkongruen.
Perhatian Rogers adalah bagaimana
inkongruen itu berkembang dan bagaimana self dan organisme dapat dibuat semakin
kongruen. Juga bagaimana kongruen dapat terjadi antara realitas subyektif
dengan realitas eksternal, dan kongruen antara struktur self dengan ideal self.
Jika terjadi perbedaan besar antara struktur self dengan ideal self, orang akan
merasa tidak puas dan salahsuai.
Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri berlangsung
mengikuti apa yang digariskan keturunan. Ketika organisme itu matang, dia
menjadi semakin berbeda dengan orang lain. Ini adalah gerak maju dalam
kehidupan setiap orang. Secara alami kecenderungan itu akan menunjukkan diri
melalui rentangan luas tingkah laku, yakni:
-
Tingkah laku yang berakar
pada proses fisiologik, termasuk kebutuhan dasar, kebutuhan mengembangkan dan
memerinci fungsi tubuh serta regenerasi.
-
Tingkah laku yang berkaitan
dengan motivasi psikologik untuk menjadi diri sendiri, proses aktif untuk
menjadi sesuatu.
- Tingkah laku yang tidak
meredakan tegangan tetapi justru meningkatkan tegangan, yakni tingkah laku yang
motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik.
·
Aplikasi dan Teknik
Konseling
Tak Salingsuai
Orang yang secara psikologik sangat
sehatpun secara berkala tetap dihadapkan dengan pengalaman yang mengancam
konsep dirinya yang memaksanya untuk mendistorsi atau mengingkari
pengalamannya. Semakin besar jurang ketidaksesuaian antara konsep diri dengan
pengalaman organismik, semakin orang menjadi rentan. Jika tingkat inkongruen
sangat tinggi, pertahanan mungkin tidak dapat dioperasikan. Kondisi di mana
self tidak mampu mempertahankan diri dari pengalaman yang mengancam ini akan
menimbulkan disorganisasi kepribadian dan psikopatologi membuat orang menjadi psikotik.
Kecemasan dan
ancaman
Rogers mendefinisikan kecemasan
sebagai “keadaan ketidaknyamanan yang sebabnya tidak diketahui”. Ketika orang
semakin menyadari ketidak kongruenan antara pengalaman dengan persepsi dirinya,
kecemasan berubah menjadi ancaman terhadap konsep diri kongruen, dan terjadi
pergeseran menjadi sikap takkongruen.
Tingkah laku
bertahan
Rogers hanya
mengklasifikasi dua tingkah laku bertahan, yakni:
-
Distorsi: pengalaman
diinterpretasi secara salah dalam rangka menyesuaikannya dengan aspek yang ada
dalam konsep self. Orang mempersepsi pengalaman secara sadar tetapi gagal
menangkap makna pengalaman seperti yang sebenarnya. Distorsi dapat menimbulkan
bermacam defense dan tingkah laku salah suai.
- Denial: orang menolak
menyadari suatu pengalaman, atau paling tidak menghalangi beberapa bagian dari
pengalaman untuk disimbolisasi. Pengingkaran itu dilakukan terhadap pengalaman
yang tidak kongruen dengan konsep diri, sehingga orang terbebas dari ancaman
ketidak kongruenan diri.
Disorganisasi
Tingkah laku disorganisasi adlah
akibat dari ketidak kongruenan antara self dengan pengalaman. Besarnya
perbedaan antara self dengan pengalaman inilah yang menentukan parahnya
salahsuai psikologik. Disorganisasi kepribadian itu dapat disembuhkan dengan terapi
yang memberinya penerimaan positif tanpa syarat.
Teknik konseling
Rogers menamakan teknik terapinya yaitu terapi berpusat pada klien.
Secara singkat, pendekatan berpusat pada klien berpendapat, agar orang yang
rentan dan cemas dapat mengembangkan jiwanya, mereka harus mengadakan kontak
dengan terapis yang kongruen, dan dapat menciptakan suasana penerimaan tanpa
syarat dan empati yang akurat. Namun, hal seperti itu tidaklah mudah ditemukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar