Jumat, 05 Oktober 2012

teori kognitif Rogers



Carl Rogers
            Pendekatan dari Rogers menekankan pandangan bahwa tingkah laku manusia hanya dapat difahami dari bagaimana dia memandang realita secara subjektif. Pendekatan ini juga berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan nasibnya sendiri, bahwa hakekat yang terdalam dari manusia adalah sifatnya yang bertujuan, dapat dipercaya, dan mengejar kesempurnaan diri. Rogers sangat kuat memegangi asumsinya, bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subyektif, proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami.
·         Struktur Kepribadian
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
-   Organism, yaitu keseluruha
n individu
-   Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman
- Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
·            Dinamika Kepribadian
Penerimaan Positif
Kesadaran memiliki konsep diri, kemudian mengembangkan penerimaan positif (kebutuhan diri agar diterima baik, dicintai dan diakui lingkungan. Perkembangan pengalaman menempatkan regarg positif timbale balik. Orang merasa puas menerima regard positif, kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif kepada orang lain.
Konsep penerimaan positif tanpa syarat dari Rogers ini pada hakekatnya bertentangan dengan konsep super ego dari Freud. Mendidik anak dengan penerimaan positif bersyarat adalah mengembangkan super ego, yang berarti memaksa anak menginternalisasi norma orang tuanya, di mana hanya kalau anak dapat menyesuaikan diri dengan norma itu dia akan merasa berharga, sehngga menjadikan anak tidak bebas dan terhambat dalam mengembangkan aktualisasi dirinya.
Konsistensi dan Salingsuai Self
Menurut Rogers,organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi dari persepsi diri, dan kongruen antara persepsi self dengan pengalaman. Individu hanya benar menurut dirinya sendiri, bertingkah laku konsisten dengan konsep selfnya, bahkan kalau tingkah laku itu tidak memberinya ganjaran. Apabila ada diskrepansi antara struktur self dengan pengalaman actual, orang akan merasa inkongruen.
Perhatian Rogers adalah bagaimana inkongruen itu berkembang dan bagaimana self dan organisme dapat dibuat semakin kongruen. Juga bagaimana kongruen dapat terjadi antara realitas subyektif dengan realitas eksternal, dan kongruen antara struktur self dengan ideal self. Jika terjadi perbedaan besar antara struktur self dengan ideal self, orang akan merasa tidak puas dan salahsuai.
Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri berlangsung mengikuti apa yang digariskan keturunan. Ketika organisme itu matang, dia menjadi semakin berbeda dengan orang lain. Ini adalah gerak maju dalam kehidupan setiap orang. Secara alami kecenderungan itu akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yakni:
-    Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologik, termasuk kebutuhan dasar, kebutuhan mengembangkan dan memerinci fungsi tubuh serta regenerasi.
  Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologik untuk menjadi diri sendiri, proses aktif untuk menjadi sesuatu.
-     Tingkah laku yang tidak meredakan tegangan tetapi justru meningkatkan tegangan, yakni tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik.
·         Aplikasi dan Teknik Konseling
Tak Salingsuai
Orang yang secara psikologik sangat sehatpun secara berkala tetap dihadapkan dengan pengalaman yang mengancam konsep dirinya yang memaksanya untuk mendistorsi atau mengingkari pengalamannya. Semakin besar jurang ketidaksesuaian antara konsep diri dengan pengalaman organismik, semakin orang menjadi rentan. Jika tingkat inkongruen sangat tinggi, pertahanan mungkin tidak dapat dioperasikan. Kondisi di mana self tidak mampu mempertahankan diri dari pengalaman yang mengancam ini akan menimbulkan disorganisasi kepribadian dan psikopatologi membuat orang menjadi psikotik.
Kecemasan dan ancaman
Rogers mendefinisikan kecemasan sebagai “keadaan ketidaknyamanan yang sebabnya tidak diketahui”. Ketika orang semakin menyadari ketidak kongruenan antara pengalaman dengan persepsi dirinya, kecemasan berubah menjadi ancaman terhadap konsep diri kongruen, dan terjadi pergeseran menjadi sikap takkongruen.
Tingkah laku bertahan
Rogers hanya mengklasifikasi dua tingkah laku bertahan, yakni:
-          Distorsi: pengalaman diinterpretasi secara salah dalam rangka menyesuaikannya dengan aspek yang ada dalam konsep self. Orang mempersepsi pengalaman secara sadar tetapi gagal menangkap makna pengalaman seperti yang sebenarnya. Distorsi dapat menimbulkan bermacam defense dan tingkah laku salah suai.
-   Denial: orang menolak menyadari suatu pengalaman, atau paling tidak menghalangi beberapa bagian dari pengalaman untuk disimbolisasi. Pengingkaran itu dilakukan terhadap pengalaman yang tidak kongruen dengan konsep diri, sehingga orang terbebas dari ancaman ketidak kongruenan diri.
Disorganisasi
Tingkah laku disorganisasi adlah akibat dari ketidak kongruenan antara self dengan pengalaman. Besarnya perbedaan antara self dengan pengalaman inilah yang menentukan parahnya salahsuai psikologik. Disorganisasi kepribadian itu dapat disembuhkan dengan terapi yang memberinya penerimaan positif tanpa syarat.
Teknik konseling
Rogers menamakan teknik terapinya yaitu terapi berpusat pada klien. Secara singkat, pendekatan berpusat pada klien berpendapat, agar orang yang rentan dan cemas dapat mengembangkan jiwanya, mereka harus mengadakan kontak dengan terapis yang kongruen, dan dapat menciptakan suasana penerimaan tanpa syarat dan empati yang akurat. Namun, hal seperti itu tidaklah mudah ditemukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar